Inilah yang terbayang ketika mendengar kata ”Aceh”. Peperangan, konflik bersenjata, negeri teramat panas berselimutkan rasa ngeri, terletak di bagian paling barat Pulau Sumatera. Apalagi pasca tragedi Tsunami 26 Desember 2006 lalu, mengundang simpati seluruh dunia, semakin menambah daftar “keangkeran”. Tapi itu cerita lama, karena semuanya telah berdamai dengan waktu. Karena sesungguhnya Aceh menyimpan jutaan pesona yang belum tuntas tersingkap.
Aceh juga dikaruniai Tuhan dengan kekayaan dan keindahan alam serta budayanya yang maju. Letak geografis yang sangat strategis karena diapit antara Samudera Indonesia dan Selat Sumatera sehingga menjadikan pantainya seperti untaian zamrud. Letak geografis Aceh sangat strategis sekali, yang merupakan pintu gerbang Selat Malaka. Di apit oleh benua Asia membuat menjadikan Aceh bak putri kayangan yang cantik jelita.
Perpaduan budaya pun menjadi ciri khas negeri-negeri ini, dengan ciri khas utama budaya Islam. Aceh di ujung utara Pulau Sumatera identik dengan Aceh sebagai Serambi Mekah. Perpaduan yang sangat sempurna, menarik dan unik, dengan pesona alam yang begitu eksotik seperti keindahan pantai Lhoknga, Sunset di laut ule lheu, Alue Naga, Sabang dan masih banyak keindahan bak surga dunia ada di sini di Aceh, yang terletak di 2o – 6o Lintang Utara dan 95o – 98o Bujur Timur.
Batas wilayah adalah Utara : Samudra Indonesia dan Laut Andaman, Selatan : Sumatra Utara, Timur : Selat Malaka, Barat : Samudra Indonesia. Tapi, sebelum itu izinkan saya terlebih dahulu menceritakan dan memperkenalkan karakteristik dari orang0orang Aceh itu sendiri, karena bagaimana pun tersohor ataupun indahnya sebuah tempat, jika seseorang belum mengenal dan menjadi ragu untuk sebuah kepercayaan akan rasa aman sebuah tempat tujuan wisata ataupun honeymoon misalnya, yang sangat diinginkan adalah kenyamanan, keramahtamahan serta keamanan pastinya.
Banyak dari kawan-kawan yang ada di luar kota, yang ingin sekali ke Aceh tetapi ternyata masih ada juga agak takut dengan keamanan, bahkan juga dengan karakter orang Aceh yang cenderung tegas, keras, pemberani, hal ini wajar lantaran image tentang Aceh dilukiskan sebagai sebuah wilayah yang mengerikan, penuh pergolakan dan bergejolak, hihi serem ya! tapi pada kenyataan ini berdasarkan pengakuan dari kawan-kawan yang sudah pernah tinggal ataupun yang pernah berlibur ke Aceh, ternyata orang Aceh tidak seangker yang dibayangkan, justru sebaliknya terkenal lembut dan ramah tamah, malahan ada sebuah tradisi yang sudah mendarah daging di Aceh, adat peumulia jamee (adat memuliakan tamu).
Ada sebuah cerita lama yang mengisahkan tentang betapa orang Aceh sangat menghormati tamu malahan pantang sekali mengecewakannya, dari kisah turun temurun tersohor kabar tentang pelayanan masayarakat Aceh dalam menjamu sang tamu, kisah lebih kurang seperti ini “Jika kita sempat menyeberang ke Pulau Aceh, kita disambut bak seorang raja. Sejak dari tempat pendaratan boat, kita dilayani dengan ramah, dibawa ke warung, dan ditawarin makanan apa saja, asal kita sanggup memakannya. Tapi jangan berharap kita akan dibawa-bawa jalan-jalan mengelilingi Aceh, dan menikmati pemandangan di Pulau Aceh. Begitu kita selesai makan, kita diantar ke tempat pendaratan boat untuk kembali pulang”.
Ada sebuah cerita lama yang mengisahkan tentang betapa orang Aceh sangat menghormati tamu malahan pantang sekali mengecewakannya, dari kisah turun temurun tersohor kabar tentang pelayanan masayarakat Aceh dalam menjamu sang tamu, kisah lebih kurang seperti ini “Jika kita sempat menyeberang ke Pulau Aceh, kita disambut bak seorang raja. Sejak dari tempat pendaratan boat, kita dilayani dengan ramah, dibawa ke warung, dan ditawarin makanan apa saja, asal kita sanggup memakannya. Tapi jangan berharap kita akan dibawa-bawa jalan-jalan mengelilingi Aceh, dan menikmati pemandangan di Pulau Aceh. Begitu kita selesai makan, kita diantar ke tempat pendaratan boat untuk kembali pulang”.