Subscribe:

Ads 468x60px

Saweu Gampoeng Tanoeh Geutanyoe Seuramoe Mekkah

Senin, 19 September 2011

Peumulia Jamee Tradisi Endatu

Inilah yang terbayang ketika mendengar kata ”Aceh”. Peperangan, konflik bersenjata, negeri teramat panas berselimutkan rasa ngeri, terletak di bagian paling barat Pulau Sumatera. Apalagi pasca tragedi Tsunami 26 Desember 2006 lalu, mengundang simpati seluruh dunia, semakin menambah daftar “keangkeran”. Tapi itu cerita lama, karena semuanya telah berdamai dengan waktu. Karena sesungguhnya Aceh menyimpan jutaan pesona yang belum tuntas tersingkap.

Aceh juga dikaruniai Tuhan dengan kekayaan dan keindahan alam serta budayanya yang maju. Letak geografis yang sangat strategis karena diapit antara Samudera Indonesia dan Selat Sumatera sehingga menjadikan pantainya seperti untaian zamrud. Letak geografis Aceh sangat strategis sekali, yang merupakan pintu gerbang Selat Malaka. Di apit oleh benua Asia membuat menjadikan Aceh bak putri kayangan yang cantik jelita.

Perpaduan budaya pun menjadi ciri khas negeri-negeri ini, dengan ciri khas utama budaya Islam. Aceh di ujung utara Pulau Sumatera identik dengan Aceh sebagai Serambi Mekah. Perpaduan yang sangat sempurna, menarik dan unik, dengan pesona alam yang begitu eksotik seperti keindahan pantai Lhoknga, Sunset di laut ule lheu, Alue Naga, Sabang dan masih banyak keindahan bak surga dunia ada di sini di Aceh, yang terletak di 2o – 6o Lintang Utara dan 95o – 98o Bujur Timur. 

Batas wilayah adalah Utara : Samudra Indonesia dan Laut Andaman, Selatan : Sumatra Utara, Timur : Selat Malaka, Barat : Samudra Indonesia. Tapi, sebelum itu izinkan saya terlebih dahulu menceritakan dan memperkenalkan karakteristik dari orang0orang Aceh itu sendiri, karena bagaimana pun tersohor ataupun indahnya sebuah tempat, jika seseorang belum mengenal dan menjadi ragu untuk sebuah kepercayaan akan rasa aman sebuah tempat tujuan wisata ataupun honeymoon misalnya, yang sangat diinginkan adalah kenyamanan, keramahtamahan serta keamanan pastinya.
 
Banyak dari kawan-kawan yang ada di luar kota, yang ingin sekali ke Aceh tetapi ternyata masih ada juga agak takut dengan keamanan, bahkan juga dengan karakter orang Aceh yang cenderung tegas, keras, pemberani, hal ini wajar lantaran image tentang Aceh dilukiskan sebagai sebuah wilayah yang mengerikan, penuh pergolakan dan bergejolak, hihi serem ya! tapi pada kenyataan ini berdasarkan pengakuan dari kawan-kawan yang sudah pernah tinggal ataupun yang pernah berlibur ke Aceh, ternyata orang Aceh tidak seangker yang dibayangkan, justru sebaliknya terkenal lembut dan ramah tamah, malahan ada sebuah tradisi yang sudah mendarah daging di Aceh, adat peumulia jamee (adat memuliakan tamu).

Ada sebuah cerita lama yang mengisahkan tentang betapa orang Aceh sangat menghormati tamu malahan pantang sekali mengecewakannya, dari kisah turun temurun tersohor kabar tentang pelayanan masayarakat Aceh dalam menjamu sang tamu, kisah lebih kurang seperti ini “Jika kita sempat menyeberang ke Pulau Aceh, kita disambut bak seorang raja. Sejak dari tempat pendaratan boat, kita dilayani dengan ramah, dibawa ke warung, dan ditawarin makanan apa saja, asal kita sanggup memakannya. Tapi jangan berharap kita akan dibawa-bawa jalan-jalan mengelilingi Aceh, dan menikmati pemandangan di Pulau Aceh. Begitu kita selesai makan, kita diantar ke tempat pendaratan boat untuk kembali pulang”.

[+/-] Selengkapnya...

Menikmati Rujak Aceh

Rujak Aceh
ANDA tentu tak asing lagi dengan rujak. Kudapan sehat itu terbuat dari aneka buah segar yang dicocol dengan sambal gula merah yang menggoda. Namun, pernahkah Anda mencoba rujak Aceh? Berbeda dengan rujak yang biasa kita makan, rujak Aceh ini memiliki ciri khas tersendiri yang membuat rasanya berbeda dan rujak pada umumnya.

Yang membuat rujak Aceh berbeda adalah buah yang dipakai. Rujak Aceh menggunakan buah rumbia khas Aceh. Buah yang daunnya digunakan untuk membuat atap rumah ini diserut bersama buah-buahan lainnya.

Rujak Aceh sudah menjadi makanan tradisional di daerah ini sejak lama. Makanan ini nikmat dimakan dalam keadaan dingin atau dicampur dengan es serut dengan siraman saus rujak dan dinikmati di siang hari yang terik.

Rujak Aceh dapat ditemui di seputaran Kota Banda Aceh, baik di rumah makan maupun warung-warung makan di pinggir jalan. Di antaranya di ruas jalan Kota Banda Aceh, JI.Masjid Raya, dan di Jl.Cik Ditiro.

Ada satu lagi jenis rujak di Aceh, namanya rujak Samalanga. Tak beda dengan rujak pada umumnya, hanya cara pembuatan dan cara menikmati rujak ini yang membuatnya berbeda. Rujak Samalanga dibuat di dalam ulekan besar yang terbuat dari kayu jati. Ulekan berukuran besar ini mampu menampung hingga 50 porsi rujak. Cara penyajiannya adalah ketika rujak sudah siap santap, daun pisang yang diletakkan di atas piring dituangi rujak. Daun pisang inilah yang memberi sensasi bagi penikmatnya.

Dengan saus yang lebih dominan ke rasa pedas dan kental membuat penikmat rujak sejati akan rindu mencicipi rujak khas tanah Reuncong ini Selain itu, cabai tidak ikut dihaluskan dalam pembuatan rujak melainkan diiris-iris sehingga rasa pedas yang menonjol membuat Anda tak tahan untuk menghabiskan sepiring penuh rujak Samalanga.

Selain rasa pedas yang menonjol dalam rujak ini rasa asamnya pun juga membuat rasa rujak semakin segar karena tambahan perasan jeruk nipis.

Tak beda dengan pemakaian buah untuk rujak pada umumnya, rujak ini juga menggunakan nanas, mangga, mentimun, jambu air, dan salak. Selain itu, rujak ini juga menggunakan bahan wortel dan u�groeh yakni kelapa yang masih sangat muda dan belum memiliki daging. Karena batoknya yang masih muda dan lembut terkadang menjadi bahan untuk membuat rujak Aceh di jadikan satu dalam cita rasa rujak Aceh.

Dengan harga Rp5.000-Rp7.000 per bungkus, Anda sudah dapat menikmati rasa asam, manis, dan dahsyatnya rasa pedas dari rujak Aceh. (Berbagal sumberrJS3)

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, 14 September 2011

Aneka Ragam Suku Dalam Masyarakat Aceh


Suku Aceh
Suku Aceh adalah nama sebuah suku yang mendiami ujung utara Sumatra. Mereka beragama Islam. Bahasa yang dipertuturkan oleh mereka adalah bahasa Aceh yang masih berkerabat dengan bahasa Mon Khmer (wilayah Champa). Bahasa Aceh merupakan bagian dari bahasa Melayu-Polynesia barat, cabang dari keluarga bahasa Austronesia.

Suku Aceh memiliki sejarah panjang tentang kegemilangan sebuah kerajaan Islam hingga perjuangan atas penaklukan kolonial Hindia Belanda.

Banyak dari budaya Aceh yang menyerap budaya Hindu India, dimana kosakata bahasa Aceh banyak yang berbahasa Sanskerta. Suku Aceh merupakan suku di Indonesia yang pertama memeluk agama Islam dan mendirikan kerajaan Islam. Masyarakat Aceh mayoritas bekerja sebagai petani, pekerja tambang, dan nelayan.


Suku Gayo
Suku Gayo adalah sebuah suku bangsa yang mendiami dataran tinggi Gayo di Aceh.

Suku Gayo secara mayoritas terdapat di kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan 3 kecamatan di Aceh Timur, yaitu kecamatan Serbe Jadi, Peunaron dan Simpang Jernih.

Selain itu suku Gayo juga mendiami beberapa desa di kabupaten Aceh Tamiang dan Aceh Tenggara.

Suku Gayo beragama Islam dan mereka dikenal taat dalam agamanya. Suku Gayo menggunakan bahasa yang disebut bahasa Gayo.


Suku Aneuk Jamee
Suku Aneuk Jamee adalah sebuah suku yang tersebar di sepanjang pesisir barat dan selatan Aceh. Dari segi bahasa, diperkirakan masih merupakan dialek dari bahasa Minangkabau. Namun, akibat pengaruh proses asimilasi kebudayaan yang cukup lama, kebanyakan dari Suku Aneuk Jamee, terutama yang mendiami kawasan yang didominasi oleh Suku Aceh, misalnya di wilayah Kabupaten Aceh Barat, Bahasa Aneuk Jamee hanya dituturkan di kalangan orang-orang tua saja dan saat ini umumnya mereka lebih lazim menggunakan Bahasa Aceh sebagai bahasa pergaulan sehari-hari (lingua franca). Adapun asal mula penyebutan "Aneuk Jamee" diduga kuat dipopulerkan oleh Suku Aceh setempat, sebagai wujud dari sifat keterbukaan Orang Aceh dalam memuliakan kelompok warga Minangkabau yang datang mengungsi (eksodus) dari tanah leluhurnya yang ketika itu berada di bawah cengkraman penjajah Belanda. Secara harfiah, istilah Aneuk Jamee berasal dari Bahasa Aceh yang berarti "anak tamu".

Suku Singkil
Suku Singkil adalah sebuah suku yang terdapat di kabupaten Aceh Singkil daratan dan kota Subulussalam di propinsi Aceh

Kedudukan suku Singkil sampai saat ini masih diperdebatkan, apakah termasuk dalam suku Pakpak suak Boang atau berdiri sebagai satu suku yang tersendiri terpisah dari suku Pakpak.


Suku Alas
Suku Alas merupakan salah satu suku yang bermukim di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh (yang juga lazim disebut Tanah Alas). Kata "alas" dalam bahasa Alas berarti "tikar". Hal ini ada kaitannya dengan keadaan daerah itu yang membentang datar seperti tikar di sela-sela Bukit Barisan. Daerah Tanah Alas dilalui banyak sungai, salah satu di antaranya adalah Lawe Alas (Sungai Alas).

Sebagian besar suku Alas tinggal di pedesaan dan hidup dari pertanian dan peternakan. Tanah Alas merupakan lumbung padi untuk daerah Aceh. Tapi selain itu mereka juga berkebun karet, kopi,dan kemiri, serta mencari berbagai hasil hutan, seperti kayu, rotan, damar dan kemenyan. Sedangkan binatang yang mereka ternakkan adalah kuda, kambing, kerbau, dan sapi.

Kampung atau desa orang Alas disebut kute. Suatu kute biasanya didiami oleh satu atau beberapa klan, yang disebut merge. Anggota satu merge berasal dari satu nenek moyang yang sama. Pola hidup kekeluargaan mereka adalah kebersamaan dan persatuan. Mereka menarik garis keturunan patrilineal, artinya garis keturunan laki-laki. Mereka juga menganut adat eksogami merge, artinya jodoh harus dicari di merge lain.

Suku Alas 100% adalah penganut agama Islam. Namun masih ada juga yang mempercayai praktik perdukunan misalnya dalam kegiatan pertanian. Mereka melakukan upacara-upacara dengan latar belakang kepercayaan tertentu agar pertanian mereka mendatangkan hasil baik atau terhindar dari hama.


Suku Tamiang
Penduduk utama kabupaten Aceh Tamiang adalah suku Melayu atau lebih sering disebut Melayu Tamiang.

Mereka mempunyai kesamaan dialek dan bahasa dengan masyarakat Melayu yang tinggal di kabupaten Langkat, Sumatera Utara serta berbeda dengan masyarakat Aceh. Meski demikian mereka telah sekian abad menjadi bagian dari Aceh.

Dari segi kebudayaan, mereka juga sama dengan masyarakat Melayu pesisir timur Sumatera lainnya.

Suku Kluet
Suku Kluet adalah sebuah suku yang mendiami beberapa kecamatan di kabupaten Aceh Selatan, yaitu kecamatan Kluet Utara, Kluet Selatan, Kluet Tengah, dan Kluet Timur.

Suku Devayan
Suku Devayan merupakan suatu suku bangsa yang mendiami Pulau Simeulue. Suku ini mendiami kecamatan Teupah Barat, Simeulue Timur, Simeulue Tengah, Teupah Selatan dan Teluk Dalam.

Suku Sigulai
Suku Sigulai merupakan suatu suku bangsa yang mendiami Pulau Simeulue bagian utara. Suku ini terdapat di kecamatan Simeulue Barat, Alafan dan Salang.

Suku Batak Pakpak
Suku Pakpak adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Pulau Sumatera Indonesia dan tersebar di beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara dan Aceh, yaki di Kabupaten Dairi,Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang Hasundutan( Sumatera Utara), Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Sabulusalam (Prov.Aceh.

Suku Pakpak terdiri atas 5 subsuku, dalam istilah setempat sering disebut dengan istilah Pakpak Silima suak yang terdiri dari :

Pakpak Klasen(Kab. Humbang Hasundutan Sumut]
Pakpak Simsim(Kab.Pakpak Bharat-sumut)
Pakpak Boang (Kab.Singil dan kota Sabulusalam-Aceh)
Pakpak Pegagan (Kab.Dairi-sumut)
Pakpak Keppas (Kab.Dairi sumut)

Dalam administrasi pemerintahan Suku Pakpak banyak bermukim di wilayah Kabupaten Dairi di Sumatera Utara yang kemudian dimekarkan pada tahun 2003 menjadi dua kabupaten, yakni:

Kabupaten Dairi (ibu kota: Sidikalang)
Kabupaten Pakpak Bharat (ibu kota: Salak)

Suku Pakpak juga berdomisili di wilayah Parlilitan yang masuk wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan dan wilayah Manduamas yang merupakan bagian dari Kabupaten Tapanuli Tengah. Suku Pakpak yang tinggal di wilayah tersebut menamakan diri sebagai Pakpak Klasen.

Suku Pakpak juga bermukim di wilayah Aceh khususnya di Kabupaten Aceh Singkil dan kota Sabulusalam yang disebut sebagai Pakpak Boang.

Suku Pakpak yang berdiam di Kabupaten Pakpak Bharat adalah Pakpak Simsim, sedangkan yang tinggal di kota Sidikalang dan sekitarnya merupakan suku Pakpak Keppas dan yang bermukim di Sumbul sekitarnya adalah Pakpak Pegagan.

Suku bangsa Pakpak mendiami bagian Utara, Barat Laut Danau Toba sampai perbatasan Sumatra Utara dengan provinsi Aceh (selatan).

Suku bangsa Pakpak kemungkinan besar berasal dari keturunan tentara kerajaan Chola di Indiayang menyerang kerajaan Sriwijaya pada abad 11 Masehi.


Suku Haloban
Suku Haloban merupakan suatu suku yang terdapat di kabupaten Aceh Singkil, tepatnya di kecamatan Pulau Banyak. Kecamatan Pulau Banyak merupakan suatu kecamatan yang terdiri dari 7 desa dengan ibukota kecamatan terletak di desa Pulau Balai.

Suku Lekon
Suku Lekon adalah sebuah suku bangsa yang terdapat di kecamatan Alafan, Simeulue di provinsi Aceh. Suku ini terdapat di desa Lafakha dan dan Langi.



***************
sumber : id.wikipedia.org

[+/-] Selengkapnya...

Selasa, 13 September 2011

WISATA ACEH BARAT

Kabupaten Aceh Barat dengan ibukota Meulaboh meruapak salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum terjadi pemekaran daerah Aceh Barat memiliki wilayah seluas 10.097.04 km2 dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan. Membentang dari barat ke timur, mulai dari kaki gunung Geurutee (perbatasan Aceh Besar) sampai ke sisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sepanjang 250 km.

Setelah terjadi pemekaran di pemerintah menjadi tiga bagian, yaitu Aceh Barat, Aceh Jaya, dan Nagan Raya, luas wilayah Aceh Barat menjadi 2.927.95 km2. Banyak tempat wisata yang dapat kita nikmati baik sepanjang pesisir pantai Aceh Barat maupun ke pelosok daerah Aceh Barat, diantaranya:


1. Mesjid Agung Baitul Makmur Meulaboh Aceh Barat

Arsitektur bangunan Masjid Agung Meulaboh sangat indah dengan kubahnya yang berwarna dominan terang menjadikan masjid ini sangat indah dipandang mata. Masjid Agung ini merupakan masjid kebanggaan dari Kabupaten Aceh Barat, tepatnya Jl.Imam Bonjol, Kota Meulaboh. Karena letaknya dipusat kota Meulaboh, dengan mudah dapat dijangkau dengan kendaraan umum ataupun kendaraan roda dua.

Banyak wisatawan lokal maupun asing yang berkunjung ke mesjid indah ini datang untuk beribadah maupun hanya untuk menikmati keindahan arsitektur mesjid ini.

2. Makam Pahlawan Teuku Umar, Meugo
Teuku Umar adalah salah satu pahlawan yang gigih berjuang untuk kemerdekaan Bangsa Indonesia, Makam Pahlawan Teuku Umar terletak di Desa Meugo Rayeuk, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Jarak tempuh sekitar 35 km dari Kota Meulaboh, untuk menuju Makam Pahlawan Teuku Umar anda bisa menggunakan mobil, sepeda motor, ataupun angkutan umum. 

Selain objek wisata Makam Pahlawan Teuku Umar Desa Meugo Rayeuk merupakan kawasan hutan lindung. Makam Teuku Umar ini ramai dikunjungi oleh wisata domestik dan wisatawan asing sebagai tempat bersejarah. Di dalam lokasi makam Teuku Umar ini terdapat pohon besar yang mengeluarkan air tiada hentinya. Air itu bisa diminum oleh siapapun. Daerahnya sangat aman, nyaman dan sejuk dengan udara yang segar dan masih sangat alami.

3. Genang-Gedong Aceh Barat
Objek Wisata Genang-Gedong merupakan salah satu tempat wisata alam yang berada di Gampong Putim Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Bentuk dari Genang-Gedong ini adalah danau yang dikelilingi oleh pepohonan. Jarak tempuh ke lokasi Genang-Gedong ini ± 20 Km dari arah kota Meulaboh menuju Banda Aceh Via Geumpang. Luas genangan air ini meliputi 3 desa atau ± 7 ha. 

Rimbunnya pepohonan akan membuat siapa saja yang datang merasa segar santai dengan tiupan lembut angin Genang-Gedong. Bila anda ingin santai di tempat yang asri, datanglah ke Genang-Gedong, atau bila anda hobi mancing, Genang-Gedong adalah tempat mancing sambil santai bareng keluarga tercinta dengan menikmati softdrink dan lantunan musik Jazz or R&B. Disekitar lokasi Genang-Gedong telah berdiri beberapa buah café yang dikelola oleh masyarakat Gampong Putim. 

Di sekitar lokasi ini juga terdapat arena balap MotorCross GrassTrack. Betapapun indahnya Genang-Gedong ini belum banyak orang yang tahu, belum banyak orang yang mau datang ke sana.

4. Pantai Lanaga Aceh Barat
Objek Wisata Pantai Lanaga berada di Kabupaten Aceh Barat, dan berlokasi di desa Peunaga, Provinsi Aceh. Jarak tempuh sekitar 5 km dari kota Meulaboh (ibukota kabupaten Aceh Barat). Di kawasan wisata Pantai Lanaga tersedia sarana olah raga air seperti Jet sky dan juga di pantai ini sering diadakan acara perlombaan perahu dengan desain yang unik dan menarik.

5. Pantai Lhok Bubon Aceh Barat
Objek Wisata Pantai Lhok Bubon berada di Kabupaten Aceh Barat yang berlokasi di desa Bubon, Provinsi Aceh. Jarak tempuh ke Pantai Lhok Bubon sekitar 8 km dari kota Meulaboh. Pantai Lhok Bubon ini terkenal sebagai daerah penghasil makanan laut, dan selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitarnya yang datang untuk menikmati segarnya makanan laut sekaligus menikmati alam pantainya. Selain merupakan tempat tujuan pariwisata, tempat ini menjadi lahan penambahan ekonomi bagi masyarakat sekitarnya.

6. Pantai Batee Puteh Aceh Barat
Wisata Pantai Batee Puteh yang indah ini terletak di kabupaten Aceh Barat. Lokasi Pantai Batee Puteh kira-kira 3 km dari kota Meulaboh. Pantai Batee Puteh ini sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat pada saat liburan untuk berenang atau hanya sekedar menikmati keindahan pemandangannya. Merupakan tempat liburan yang cocok bagi keluarga, selain itu pantainya yang putih dan bersih menambah daya tarik kawasan wisata ini.

7. Pantai Suak Ribee Aceh Barat
Pantai Suak Ribee merupakan salah satu tempat rekreasi yang terdapat dipesisir kota Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat . Pantai Suak Ribee banyak di kunjungi oleh berbagai unsur masyarakat baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak. Pantai suak ribee biasanya ramai pada sore hari maupun pada hari–hari libur.

Sebelum bencana tsunami Pantai suak ribee adalah tempat rekreasi yang sangat indah dan menarik. Di sepanjang jalan di pinggiran pantai berbaris pohon kelapa dan pohon cemara, disana juga banyak terdapat tempat-tempat untuk peristerahatan seperti café-café yang berjejer di sepanjang jalan. Pemandangan di sore hari sangatlah indah selain menikmati semilir angin yang sepoi-sepoi kita juga dapat melihat pemandangan matahari tenggelam pada matahari senja.

[+/-] Selengkapnya...